MENGINGATKAN masa lalu itu kala hidup susah
payah bersama adik, ibu kakak dan kedua orang tua kita tentunya rasanya sesuatu
yang cukup menjadikan kita hiba dan rawan sekali mendekat bermain di sisi
sampai akhir hayat nanti.
Kenang-kenangan itu sering saja menghambat dan
terus berada di sekitar kita seperti orang yang lagi terus mengintip kita yang
menyebabkan kita merasa perlunya kembali ke zaman dulu yang cukup tenang, aman
bahagia sekali meski itu tidak mungkin terjadi kala hidup terus menuju depan
sambil sesekali melihat belakang.
Memang begitulah kesannya hidup kita tidak
akan kembali ke zaman dulu dan yang pergi tetap pergi, sedang kita harus
melewati jalan-jalan yang penuh berliku meski kekadang secara terpaksa dihadapi
untuk sampai ke titik hakikat sebenarnya nanti.
Semua orang memang melewati keadaan2 yang
cukup hiba dan bila semuanya sudah tiada atau ibu ayah sudah lama pergi
misalnya, maka barulah biasanya kita menyatakan hakikat yang ibu ayah kita itu
memang yang terbaik tiada bandingnya, tetapi saya tidak demikian kala
kehilangan keduanya saya merasa kehilangan segalanya. semuanya seolah jauh
melayang dan punah jelas sebahagian hidup dirobek luka perit pahit kesannya.
Demikian juga kala adik dan abang kita tiada
dan ketika itu kita akan terus ingat tentang bagaimana baiknya abang atau kakak
kita kala dulu dan segalanya cukup menyentuh hati kita.
Kita sering saja ingat masa kecil bermain di
tebasan padi, memancing ikan keruk di pinggir kali dan mencari sayuran di hutan
itu tak pernah kikis dari minda dan ingatan, malah terus mekar dan mekar kekal
abadi hingga ke mati meski ada luka2 menikam hati kaki.
Masih diingat kala ayah menahan bubu di kali
tika malam hari dan esoknya dibangkit akan banyak sangat ikan keli, undang,
sepat, haruan terperangkap dalam bubu dan kakak siap mengulainya dan kekadang
ia masak asam pedas yang cukup menyelerakan kami makan bersama.
Masakan ibu dan kakak memang enak dan orang
lain tidak bisa tandingi mereka berdua memasak dan tambah enak kala sesudah
pulang dari hutan kami dapatkan sayur lemiding, pakis dan kekadang ayah
dapatkan umbut rumbia yang kala dimasak gulai bubuh dengan ikan asin santan
sedapnya bukan main.
Semuanya itu menjadikan kita terus ingat dan
ingat dan segalannya kenangan lalu itu rupanya terus mengakrapkan kasih sayang
sesama tetapi sayang suasana di musim2 dulu makan di tebasan kala adanya musim
berpadi tidak lagi dirasakan enaknya.
Yang ada hanya hidup di kota yang kata orang
makannya konon lagi enak di hotel lima atau restoran ternama tetapi semuanya
tidak seenak masakan kakak dan ibu kita sendiri Kala makan sama bersila di sisi
ayah ibu dan adek beradek lain. sesuatu yang cukup mengingatkan kita masa2 lalu
yang mengundang hiba, rawan sedih dan segalanya.
Bagi yang punya ramai keluarga dalam satu
famili tentu kurang merasakan itu tetapi bagi yang hanya punya seorang kakak
dan seorang adek seperti saya ini tentu itu segalanya terasakan.
Memang benar kalangan adek beradek jarang
terucapkan lewat mulut soal kasih sayang itu sebab ia hanya tumbuh melalui rasa
kekal abadi dan itu sebab bila adek beradek itu menghadapi masalah selalu kita
sama seolah ada gunung yang runtuh di pundak dan kita mula rasa tidak menentu
dan mengharapkan Allah memberikan laluan yang mudah meski kekadang ada yang
terasa titik amarah sebelumnya.
Kasih sayang adek beradek itu memang sukar
dipisahkan sampai kapanpun sebab kesan hubungan pertalian terdekat itu sendiri
menjadi pengikat yang utuh sesama dan memang bagi saya hubungan ikatan terdekat
ini mengatasi hubungan lain selain yang saya maksudkan ini.
Sesungguhnya hidup ini hanyalah sementara saja
dan entah esok lusa kita bakal pergi tanpa meninggalkan apa2 pesan dan kerana
itu selalu dipesankan agar semua kita tidak usah melakukan sesuatu yang
menyebabkan orang lain benci kita dan mahunya biarlah kematian itu meski tak
siapa tahu tetapi orang akan ingat dan mendoakan kita ke syurga meski itu
tidaklah kita harapkan sangat.
Sebalik yang kita harapkan itu, rupanya ramai
kalangan kita kala berkuasa, berpangkat, kaya dan hebat semua menghampir kepada
dunia lupa diri dan orang lain yang tidak punya apa2 selalu saja dianggap tiada
dan hanya ada bila mereka yang diperkatakan memerlukan sesuatu demi kepentingan
diri.
Memang begitulah keadaannya dunia ini kala
kasih sayang sirna dan yang ada hanya kebencian di merata-rata dan kekadang
kala usia sudah ke senja sikap menyesal itu ada tetapi segalanya tidak bermakna
kala ramai terluka dan akhirnya hidup menjadi kering dan diam bak dalam udara
yang pengap menjadikan nafas sesak dan payah.
Sesal itu tidak pernah mendepan tetapi
selalunya tertinggal di belakang.
Salam kasih sayang sesama!
ISMAILY BUNGSU
sabah
5/11/2015
1:15pm
sabah
5/11/2015
1:15pm
No comments:
Post a Comment