Tuesday June 14/2016
KARYA: ISMAILY BUNGSU
INI bukan khayalan. Ini
cerita benar. Benar-benar berlaku. Waktunya tak perlulah dikatakan tetapi
berlakunya di Kota Kinabalu.
Ketika jalan-jalan di Wisma
Merdeka, tiba-tiba ketemu Petrus dan Osman. Petrus nama sebenar, cuma nama
Osman tidak benar.
Petrus dan Osman minum
berdua dan ketika ketemu, mereka ajak saya duduk sama dan kesan keduanya kawan
dan sudah lama tak ketemu maka saya setuju tetapi dalam kekhuatiran saya toleh
kiri dan kanan mengharapkan di sekitar aman.
Kenapa saya menoleh kiri
dan kanan?
" Bahaya tempat ini
Man" kata saya
" Tidak usah takut tuan haji, sini selamatlah" kata Osman dan saya diam tetapi masih ragu dan khuatir nanti dikata subahat sama atau terlibat sama.
" Tidak usah takut tuan haji, sini selamatlah" kata Osman dan saya diam tetapi masih ragu dan khuatir nanti dikata subahat sama atau terlibat sama.
Mereka berdua asyik makan
mee dan telor rebus dan saya hanya melihat keadaan ini dan saya katakan saya
sudah makan subuh tadi.
Tiba2 datang seorang tua
berbadan rendah dan bersongkok dan saya memang kenal orang tua itu namanya Haji
Ibrahim tinggalnya di Tanjung Aru.
Haji Ibrahim mendekat dan
saya sudah mula tidak senang dan dalam hati berkata " ini kalilah
matai"
Haji Ibrahim berdiri di
sisinya Petrus dan segera bertanya nama dan Petrus menjelaskan namanya Petrus
suku dusun asal Penampang dan segera Haji Ibrahim minta kad pengenalan untuk
pastikan namanya memang Petrus.
Sesudah yakin dan percaya,
Haji ibrahim melihat wajah Osman dan Haji Ibrahim bertanya.
" Nama kamu apa?"
" Saya Singh "
kata Osman dan Osman memang macam Singh dan lebih kurang macam Salman Khan.
" Tunjuk IC kamu
!" kata Haji Ibrahim dan Osman jadi bingung dan pelan-pelan mengeluarkan
dompetnya serta memberikan ICnya dan ketika Haji Ibrahim melihat ICnya ternyata
namanya muslim, iaitu Osman bin Yunus berasal Tenom.
" Kamu ini Islam
tetapi tidak mengaku Islam" Osman tertunduk dan malu. benar-benar malu.
" Kamu ini ada kaitan
dengan Haji Kassimkah yang kerja pejabat JKR itu? Tanya Haji Ibrahim.
" Itu bapa saya"
Haji Ibrahim terdiam dan menatap wajah Osman yang memang hampir sama dengan
wajah Haji Kassim di tenom.
" Haji Kassim kawan
saya masa di Tenom dulu" Kata Haji Ibrahim dan Osman terus diam ketakutan.
" Ini bulan puasa dan
tak boleh makan di khalayak ramai dan kamu boleh saya tangkap"
" Saya faham dan minta
maaf"
" Tidak puasa, makan
di khalayak ramai dan tidak mengaku islam lagi" Kata Haji Ibrahim dan
Osman dimaafkan dan diminta oleh haji Ibrahim segera beredar.
Haji Ibrahim tidak pula
bertanya saya kerana di depan saya tidak ada minuman dan dia tahu yang saya
hanya duduk menemankan dan itu sebab saya sebelum duduk menoleh kiri dan kanan.
Saya sekedar duduk dan menemankan mereka berdua.
Kata-kata "Tidak Puasa
dan tidak akui Islam" cukup saya ingat dan cerita ini memang menarik dan
sampai sekarang saya ingat wajah Haji Ibrahim berbadan pendek bersongkok dan
selalu saja jalan-jalan di Kota Kinabalu di bulan puasa dan ia berkerja di
Majlis Agama Islam dan kerjanya memerhatikan kalau-kalau ada orang islam makan
di khalayak ramai di waktu bulan puasa.
Sekarang ini masih adakah
yang sama tugasnya macam Haji Ibrahim dan serentak itu saya ingat teman saya
nama Saidi ke saman dan keluar di surat kabar kesan makan di khalayak ramai di
bulan puasa. Malu bha!
Ini kalilah!
No comments:
Post a Comment