KARYA:
ISMAILY BUNGSU
Friday
September 02/2016
"
KALAU… mahu kaya pak, ngak susah, nulis dan angkat sanjung saja itu pak
menteri meski ngak benar " katanya seorang sahabat. Kata-katanya itu
memang benar dan ada penulis yang kaki ampu, bodek meski yang dia tulis
bertentangan dengan hati nuraninya sendiri.
"
Yang gitu namanya cari makan pak " saya senyum sendiri dan zaman sekarang
memang banyak sangat yang begitu tetapi dia lupa menulis yang salah dan tak
benar itu akan dipertanggungjawabkan dan ditanya di akhirat nanti.
Apa
saja yang kita tulis, di sekitar kita ada saja malaikat memerhatikan dan
semuanya malaikat catat dan siap nanti diakhirat akan ditanya.
Penulis
ini ada pelbagai jenis dan salah satunya penulis yang makan gaji di kerajaan,
ertinya menulis apa saja kegiatan sang menteri dan ini sekadar menulis berita
yang maksudnya rakyat tahu kegiatan sang menteri atau sesuatu jabatan
berkenaan.
Ada
lagi penulis yang kerjanya menulis hal politik demi ketuanya dan apa saja yang
ketuanya lakukan meski salah akan diputar2nya seolah tidak salah agar rakyat
percaya dan yang begini namanya penulis upahan.
Makna
yang berkenaan diupah untuk mengangkat sang pemimpin dan yang demikian biasanya
bijak bersilat kata dan di situ keikhlasan sang penulis itu memangnya bisa kita
pertikaikan.
Penulis
upahan semacam ini memang banyak sangat di sekitar kita dan kesan dia bergaji
atau selalu mendapat projek kesan termakan budi maka apa saja keburukan sang
menteri diusahanya untuk sembunyikan keadaan itu.
Penulis
upahan memang mudah cari makan dan selalunya sorong makan dan ditarik juga
makan macam gergaji dan orang semacam itu memang mewah hidupnya tetapi maruah
dirinya entah di mana dia simpan tetapi yang jelas kekadang rezeki itu tidak
berkat.
"
Maruah diri tak kesah pak, yang penting banyak duitnya masuk ke kantung"
kata sahabat saya itu sambil kami sama menghirup kopi o panas serta ada
dihindangkan kuih pisang panas.
Saya
katakan kepadanya yang saya bukan penulis upahan dan dunia penulisan bukan
tempat saya cari makan meski sudah menulis sejak 40 tahun lalu dan sudah
menulis 30 buah buku.
"
Memang saya menulis hal-hal politik dan membantu teman-teman tetapi saya demi Allah tidak pernah minta upah
sesenpun dan saya hanya menulis kiranya benar dan jika salah itu saya tak mahu
sebab bila kita menulis yang tidak benar kelak menjadi dosa dan akan ditanya di
akhirat nanti" Katanya saya dan sahabat saya itu mengangguk tanda
mengerti.
Minum
bersamanya petang ini kami begitu santai berbicara hal penulisan dan itu cukup
menarik perhatian saya dan saya jelaskan yang saya menulis bukan kerana apa-apa
tetapi saya menulis kerana Allah semata dan kiranya ada tulisan tidak sesuai
difikirkan itu makna kerana salah saya sendiri dan perlu ditegur dan saya juga
berhak mempertahankan apa yang saya tulis jika tidak benar.
Sebelum
kami pisah, dia menasihati saya bahawa menulis itu sebenarnya satu amal sebab
bila kita mati ada 3 perkara yang terus membantu kita meski kita sudah mati,
iaitu amal jariah, anak soleh yang mendoakan kedua orang tua dan akhirnya ILMU.
Makna apa yang kita tulis itu dan dibaca makna itu ILMU.
"
Jika yang kita tulis itu baik, maka ia menjadi amal, sebalik jika yang kita
tulis itu tidak baik seperti fitnah, umpat dan sebagainya maka itu mengundang
dosa " Katanya sambil kami senyum sama dan sama menghirup kopi o dan makan
kuih pisang yang panas dan enak.
No comments:
Post a Comment