(setuju & tidak, tak membuta tuli)
OLEH: ISMAILY BUNGSU
Selasa September
06/2016
SEBENARnya
bila menyebut perkataan "Sabah For Sabahan", itu menjadikan saya
ingat slogan tentera Jepun bahawa Asia ini untuk orang Asia dan ada juga dulu
menyebut Malaysian Malaysia dan sekarang terkenal dengan "Sabah For
Sabahan".
Bila
saya menyebut Sabah buat Sabahan maka kekadang sedikit kalut lidah saya dan itu
menyebabkan saya berfikir apakah kita begitu tega melihat orang kelaparan dan
sanggupkah kita mengatakan " ini makanan untuk kami dan kamu tak boleh
makan"
Lalu
teringat sabda nabi " 3 macam orang bukan saja tidak mendapat layanan dan
ampunan pada hari kiamat kelak, bahkan akan mendapat seksa" salah satu
sabda nabi yang kelebihan air di padang pasir sedangkan ia tidak mahu
memberikan kepada yang lain sedang kehausan.
Nah,
kesan yang dijelaskan itu semula saya terus memikirkan slogan "Sabah For
Sabahan" ini meski pada hakikatnya slogan itu benar kesan ketidakadilan
yang menyebabkan orang Sabah marah.
Kalau
begitu jelas kita ini begitu sampai hati kalaulah demikian sikap kita dan
bagaimana pula kalau kita kelaparan sedang orang sebelah punya makanan dan
perkataan sama diucapkan kepada kita, lalu apalah yang kita rasakan?
Lalu
semula saya bertanya di mana saja hati nurani saya ini kalau sikap semacam itu
melekat dalam diri saya untuk memperjuangkan sesuatu atas nama Allah?
Bumi
ini milik Allah dan bersamalah kita menikmatinya tetapi dalam masa sama kita
tidak dibenarkan mencuri ganggu hak orang lain dan itu sebab dalam Islam
seseorang pemimpin itu dimestikan amanah telus dan jujur menjalankan amanah
yang diberi oleh rakyat.
Teringat
katanya Arwah Tun Mustapha ketika di pulau Bangi ia pernah katakan " kalau
nasi itu masih ada berikan orang yang belum makan" dan di situ kelihatan
sikap yang cukup baik dan harus dijadikan contoh.
Tun
Mustapha mahukan kita jangan rakus dan ramak serta kita kena lihat orang di
sekeliling agar sama menikmati apa saja yang Allah berikan kepada kita.
Hal
sama tergambar juga seperti yang diperlihatkan oleh Nabi ketika memimpin dulu
dan itu sebab tika wafatnya tidak memiliki apa-apa kekayaan hartapun seperti
pemimpin yang ada sekarang ini dan di situ kita lihat Nabi memperlihatkan
contoh terbaik.
Kekadang
bila memikirkan semula slogan "Sabah For Sabahan" itu semacam keberatan
untuk menyebutnya dan itu memperlihat diri kita ini semacam tidak peduli dunia
luar sedang dalam dunia ini tidak mungkin kita hidup sendiri tanpa akrapi orang
lain.
Memang
semua agama dalam dunia ini tidak mengajar kita pentingkan diri, malah selalu
ditekan konsep hidup bersama dan sama-sama bantu membantu kala dalam kesusahan.
Begitulah
dan hingga sekarang masih saya fikirkan kesannya dan saya usaha membersihkan
diri untuk tidak pentingkan diri dan sesekali melihat keadaan orang lain.
Barangkali
baik juga kita bincang secara ikhlas tanpa berprasangka yang bukan2 tetapi
kerana Allah semata dan kasih sesama yang lain di sekitar kita ini.
No comments:
Post a Comment