OLEH:
ISMAILY BUNGSU
Friday
August 19/2016
KEKADANG mengingat masa lalu kala kecil di membakut serasa hiba rawan
sedih itu selalu saja ada dan kekadang tanpa kusedari ada titis air mata tumpah
di pipi jatuh pelan-pelan ke lantai dan itu kubiar saja.
Masih kuingat kala bersekolah di st patrick
membakut dan selalu saja kuingat wajah father david yang baik dan sebelum masuk
kelas kami akan sama berbaris di padang dan ada saja pesan-pesan yang ia titip
untuk kami semua tiap pagi.
Segalanya masih segar dalam diri dan teman2
dulu kalangan dusun/kadazan cukup baik dan yang sekelas kami kelihatannya
seperti adik beradik tidak ada rasa dendam marah meski beda agama dan rasanya
beda agama menambah kasih sayang sesama kami.
Teringat si kathy manahai, hailon yang
tinggal di gana dan memang antara famili kami kala raya mereka akan datang
tidur di rumah di kampung brunei dan kala pesta menuai, saya akan berbasikal
bermalam di rumah mereka dan kala balik pagi ada saja buah cempedak mereka
titipkan.
Sejak dua tahun lalu kami jarang ketemu
kesan kesebukan dan biasanya kala hari chrismas kami akan ketemu di rumahnya di
gana dan yang cukup saya senang kala ketemu di hari chrismas yang datang di
rumah lama itu separuhnya islam dan mereka memang keturunan manahai dan itu
tidak pernah terfikirkan.
Ya begitulah meski bertahun-tahun lama kami
tetap akrap meski ada yang islam dan ada yang kristen tetapi kasih sayang
sesama kami tidak pernah luntur malah semakin akrap.
Ya, Allah betapa bertuahnya saya dilahirkan
di Sabah dan punya saudara yang beda agama, fahaman dan budaya tetapi kasih
sayang terus utuh tanpa rasa sedikit sakit hati atau benci seperti orang lain
di seberang.
Membakut memang pekan kecil yang penuh
dengan sejarahnya dan sesudah pulang dari sekolah, biasa saya berbasikal ke
pekan membakut dan minum sebentar di kedai si apai seperti dalam gambar yang
saya perlihatkan.
Taukeh apai yang selalu membacuh kopi
memang terus berwajah manis dan wajah aunty berbangsa tionghua yang selalu
senyum hingga sekarang masih senyumnya melekat dalam kepala dan mereka kami
anggap sebagai ibu yang kami sayang dan pernah ketemu dia di kepayan ridge 10
tahun lalu dan kami bercerita penuh akrap seperti dulu. entah, kepingin pula
mahu ketemu dia dan rindu sangat seperti saya rindu ibu saya sendiri.
Kekadang saya teringat di ahok dan kemudian
teringat taukeh kerbau namanya ongie ayah kepada betty peter tan yang pernah
tinggal di rumah saya di kota kinabalu dan dia salah seorang kerani saya yang
cukup baik dan kami seperti adek beradek dan sudah lama terpisah entah di mana.
Betty saya anggap adik saya dan dengar dia
sudah islam dan alhamdulillah.
Betty memang akrap dengan arwah ibu saya
yang sudah lama meninggal. Alfatihah.
Memang banyak lagi yang cukup menarik
perhatian saya tentang kawan-kawan di Membakut dan doa saya semuanya dirahmati
Allah dan saya memang sangat sayang semuanya mereka tak kira apa bangsa dan
agamanya sebab diri mereka adalah sebahagian hidup saya.
Kala nanti saya kembali dan tidak sempat
ketemu untuk mohon maaf kesan salah saya yang lalu, maka inilah nota untuk
ganti diri maaf itu perlu sekali sebelum pergi.
Salam kasih kekal abadi dan membakut tetap
dalam ingatan dan membakut telah banyak mengajar saya untuk selalu tahu diri
dan tidak lupa asal usul yang memang susah tetapi saya bersyukur tidak pernah
lupa semuanya itu.
No comments:
Post a Comment