BALA REBAH DI PUNDAK ( kerajaan Sabba jadi rujukan)


Thursday July 07/2016

OLEH: ISMAILY BUNGSU
www:sabahinsider14.blogspot.com

RAYA tahun ini muram dan suram. Suram dan muram. Tidak nampak keceriaan. Memang menyedihkan. Terlalu sedih dan tidak seperti sebelumnya.

Mereka kalangan menteri dan suku sakat serta kroni tentu makannya emas intan permata di hotel lima wajah bergaya kantung mengembang dan kereta tersusun di halaman rumah yang mengalahkan istana sang raja.

Kalau dulu di zaman Tun Mustapha, masuk ke hutan sayuran ada di mana-mana dan turun ke kali atau sungai siap berkati-hati (sekarang kilo) udang galah dan menahan bubu di parit belakang rumah siap makan masak asam dan umbut rumbia gulai santan sedapnya bukan main.

Meski ketika itu wang tidak seberapa banyak tetapi
makan cukup senang kalau ringan tulang atau rajin berusaha dan lagi kita hidup tenang rumah tidak berpagar besi takut akan pencuri.

Sekarang beda banding masa dulu. Masuk ke hutan siap kena tuduh penceroboh dan boleh ditangkap masuk lokap kesan hutan di belakang rumah milik orang asing dan kita masuk ke dalam dianggap pendatang.

Kita turun ke kali atau sungai, airnya tercemar dan ikan-ikan sudah tidak lagi seperti dulu. keturunan ikan di kali keruk, haruan, badus, pangal, keli, putian dan segala macam tidak kita temui lagi kesan pencemaran alam oleh sang tamak dan haloba.

Hutan, sungai, lurah malah pulau-pulau bukan milik kita lagi dan semuanya milik orang lain dan kalau adapun hanya sedikit kesan warisan orang tua dan itupun menjadi kelahi sesama dan kesannya nanti kita mati siap dilontar ke sungai atau seperti orang india mati dibakar habuk di hanyutkan di sungai Gangga kesan tidak punya tanah setelah milik orang asing yang tidak kita tahu dari mana asalnya.

Inilah sebenarnya yang terjadi dan meski demikian kalangan kita masih tertutup matanya, buta hati dan telinga pekak atau tuli dan mereka rata-rata sudah disuapi pisang zink berkeping dan sedikit huluran Br1M terus diam membatu dan puji menteri setengah mati tetapi seksanya diri hingga ke anak cucu nanti.

"Kepaluian" apakah yang terjadi di sekitarku ini? ini aku bertanya tetapi pertanyaanku selalu tanpa jawaban dan kalau adapun dihambur maki hamun fitnah segala peribadi mereka bangkit jelas merekalah namanya insan-insan yang kurang akal atau tidak berakal alias terlalu banyak disumbati dengan dedak pengaruh orang seberang.

Mereka sebenarnya sedang sakit dan tidak lama bakal mati.

Demikian yang aku baca tilik masa depannya dan waktu akan menentukan segala duduk perkara.

Kalau tangan dan kaki sudah diilkat dan mulut sisumbat kesan cadangan seorang ketua menteri yang dikata berwibawa, maka kita terpaksa melawan meski mati tetapi tidak akan berhenti. kita tombak, kita terjang tendang hingga lumat!


No comments:

Post a Comment