( ya Allah jangan
jadikan saya insan takbur/sombong)
KARYA: ISMAILY BUNGSU
Jumaat Oktober 21/2016
SEBELUM tidur setiap malam, saya merenung kegelapan malam di kamar tidur ada cahaya suram
kemerah-merahan kesan lampu datangnya
dari ruang tandas dalam kamar tidur saya.
Serentak
itu selalu saya memikirkan soal kasih sayang sesama dan kemudian selalu saya
kaitkan perjuangan nabi terhadap sesiapa saja tak kira apa agama, bangsanya
selalu ia tunjukkan kasih sayang terutama anak-anak termasuk haiwan dan
tumbuhan.
Memang
bumi ini milik Allah dan seharusnya kita diami dengan penuh kasih sayang sesama
tak kira siapa, apa bangsanya, warna kulit, fahaman dan budayanya yang pelbagai
kesan Allah sendiri mencipta kita ini berbangsa-bangsa untuk sering kenal mengenal sesama penuh
berkasih sayang.
memang
selalu saya doa dan mengharapkan di sekitar kita ini penuh dengan cahaya kasih
sayang sesama dan alangkah bahagianya hidup ini kalau kasih sayang itu selalu
ada di sekitar kita dan semua orang menyapa, senyum, baik hati dan selalu
"take care" sesama.
Bila
saya masuk ke kampung itu dan di jalan ada yang menunggu saya dan ia iringi
saya dan saya merasakan diri saya selamat sangat dan meski baru saya kenal saat
itu tetapi saya merasakan seolah bertahun-tahun saya kenal dan tingkahnya cukup
menyenangkan saya dan tidak seperti yang orang selalu perkatakan.
Sesudah
saya pulang dan di situ juga saya diiringi oleh 3 orang insan yang cukup baik
dan dan sekali lagi saya terasakan diri saya dihormat begitu terlalu saya
rasakan meski saya ini tidaklah mahukan layanan sebegitu.
Ya,
Allah ya Rahman lindungilah mereka dan mudahkan laluan mereka untuk menghadapi
sisa hidup yang sedikit ini keranamu Ya Allah.
Memang
terlalu sedih sangat dan kekadang dalam memikirkan melihat keadaan itu sedih
air mata saya jatuh membasahi dan itu segera saya sembunyikan sebab saya ini
memang jenis yang tidak boleh melihat deritanya orang lain, cuma saja kemampuan
saya ini amat terhad.
Di
sekitar sana ada 6000 penduduk dan rata-rata islam agamanya dan bayangkan saja itu kononnya
penempatan sementara kala ada 3 kampung sudah diatur jadualkan untuk mereka
membina rumah dan disusun dengan baiknya kala mereka itu memang orang lokal
yang punya hak sama kecuali mungkin ada seorang dua yang kita tidak pasti.
Melewati
kawasan itu memang cukup memilukan hati dan saya benar-benar sebak dan di situlah ada yang mengambil
kesempatan untuk meraih untung dan bayangkan saja konon air ditenderkan dan
kena membayar sekurang RM100-RM200 sebulan kepada sang taukeh yang diamanahkan
dan ini jelas seolah semacam lintah darat.
Memang
kesihan. Ketika hal ini dibicarakan dan sambil merenung tangki biru rupanya ada
saja manusia yang mengambil kesempatan dalam keadaan insan-insan susah berhadapan dengan kesulitan yang
sedemikian rupa.
Sampai
bila hal semacam ini berlaku kepada mereka yang cukup dipermainkan dan mereka
itu bukan haiwan atau pohonan tetapi insan biasa sama macam kita ada hati perut
dan mahu hidup di bumi Allah bukan mahu kaya tanah ribu ekar tetapi hanya lot
untuk membina rumah berlindung panas dan dingin kala subuh.
kenapa
saja tidak ada sedikitpun rasa kesihan kita/pemimpin terhadap mereka yang dalam
kesusahan dan memang antara mereka ada mantan pekerja saya dan pernah tinggal
di Likas dan rata-rata memang saya
kenal.
Malam-malam
di kamar gelap ada lampu suram merah warnanya kekadang terfikirkan menjadi
manusia itu serasa menyesal kesan rupanya di akhir zaman ini bukan kasih sayang
yang mereka cari sebalik usaha menghimpun harta sebanyak mungkin atas diri
kesusahan orang lain.
Tunggu
saja balasan Allah dan harta yang kamu himpun itu akan runtuh seperti
gunung-gunung berterbangan kala kiamat
dan jatuh di pundak kamu nantinya.
Hidup ini
hanya sementara saja saudara-saudaku ku dan akhirat akan tahu juga nanti dan
kala malaikat bertanya apa saja yang kamu sumbangkan terhadap
Insan-insan
yang susah dan miskin menderita di dunia
ini? Jawablah nanti di mahkamah Allah.
Kekadang
saya kehilangan bahasa untuk memperkatakan isu ini selain sebak dan sedikit
basah pipi kesan sisa air mata yang masih ada dan selalu saya sembunyikan tanpa
siapa tahu.
No comments:
Post a Comment